Makalah Jambu Mawar Sebagai Jenis Tanaman Langka


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman merupakan salah satu bagian penting dalam ekosistem. Hal ini karma tanaman dapat menjaga keseimbangan alam. Dalam jarring-jaring makanan tanaman berperan sebagai produsen, bila tanaman musnah maka ekosistem dunia akan hancur. Oleh karena itu banyak badan konservasi lingkungan yang melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian tanaman terutama tanaman yang memiliki pengaruh signifikan terhadap iklim dunia.
Di Indonesia upaya pelestarian tanaman juga dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta, yaitu adanya hutan lindung, budi daya tanaman dan pelestarian tanaman langka. Bahkan dewasa ini banyak tanaman langka yang dibudidayakan dengan tujuan untuk pelestarian juga untuk koleksi.
Ada berbagai jenis tanaman langka yang dibudidayakan untuk konservasi diantaranya jenis jambu, salah satunya adalah jambu mawar. Hal ini cukup menarik untuk di kaji, sehingga dalam makalah ini saya mengangkat pembahasan mengenai jambu mawar sebagai jenis tanaman langka.

B.  Rumusan Masalah

Ada pun rumusan masalah yang akan dibahas adalah
1.      Mengapa jambu mawar termasuk kedalam jenis tanaman langka ?
2.      Apa keistimewaan jambu mawar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seluk beluk jambu mawar yang di katagorikan sebagai tanaman langka.

D. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Sistematika Penelitian
      Bab II Pembahasan
Jambu mawar (Eugenia jambos)
Pembahasan Jambu mawar
      Bab III Penutup
Kesimpulan



BAB II
 PEMBAHASAN

Jambu mawar (Eugenia jambos)


Jambu Mawar
Jambu mawar
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. jambos
Syzygium jambos
L. Alston
Eugenia jambos L., 1753

Jambu mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malesia. Dinamai demikian karena buah jambu ini memiliki aroma wangi yang keras seperti mawar.
Nama-nama daerahnya di antaranya jambee iye mawar (Ac.), klampok arum (Jw.), kalampok aeng mawar (Md.), nyambu ermawa (Bl.), kembes mawar, kembes walanda, kumpasa im baranda (Sulut), jambu jene mawara (Mak.), jambu mawaro, kupo mawar, kuputol mawar, gora mawar (aneka bahasa di Maluku).
Buah ini juga disebut chomphu namdokmai (Thai), cham’-puu (Kamboja), tampoy (Filipina), rose aple atau Malabar plum (ingg. Nama ilmiahnya adalah Syzygium
Pohon kecil (perdu) dengan tinggi hingga 10 m dan gemang batangnya hingga 50 cm, sering bercabang rendah dan bertajuk memencar lebar. Daun tunggal terletak berhadapan, lonjong lanset berujung runcing, 9-26 x 1,5-6 cm, hijau tua berkilap di atas dan menjangat tipis. Tangkai daun 5-6(-13) mm.
Karangan bunga dalam payung menggarpu, pendek, muncul di ujung ranting (terminal) atau di ketiak daun (aksial), 4-10 kuntum. Bunga besar, dengan lebar 5-10 cm, putih kehijau-hijauan, berbilangan 4. Daun kelopak s/d 10 x 7 mm; daun mahkota agak bundar, s/d 15-18 mm; benang sari berjumlah banyak, lekas gugur, panjang s/d 4 cm; tangkai putik s/d 4 cm.
Buah bulat sampai bulat telur, dengan garis tengah antara 2,5-5 cm, bermahkota daun kelopak dan tangkai putik yang tidak rontok; kuning keputihan, kehijauan atau kemerahan sampai merah. Daging buah agak kering, harum berbau mawar, kuning atau merah jambu; berasa manis agak sepat, dan meninggalkan sedikit rasa getir sesudahnya. Biji 1-4 butir, kecoklatan.

Buah jambu mawar biasa dimakan segar, meskipun nilainya masih kalah oleh jambu air, jambu semarang atau jambu bol. Jambu mawar jarang terdapat di pasar, dan hanya dikonsumsi sendiri terutama oleh anak-anak. Buah ini juga sering dimasak atau diawetka dengan berbagai macam cara.
Buah tersebut dapat disuling untuk memperoleh ‘air mawar’, serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun mahkota bunga mawar. Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang berguna bagi industri wewangian. Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah. Kayu ini kurang tahan terhadap serangan rayap. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan pewarna.
Pohon jambu mawar juga kerap ditanam di taman-taman dan pekarangan sebagai pohon hias (ornamental). Selain itu, bunga-bunganya juga merupakan sumber pakan yang baik bagi lebah madu. Dari bunga yang diawetkan, dibuat obat tradisional pendingin dan penenang. Kulit kayu dan bijinya juga dimanfaatkan untuk mengobati murus (diare), demam, dan disentri.
Jambu mawar dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, termasuk yang mudah menggenang. Pohon ini dapat tumbuh subur dan berbuah mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.200 m dpl. Ia menyukai iklim basah, namun dapat pula tumbuh baik di wilayah yang lebih kering.
Mengikuti peradaban manusia, tanaman ini disebarluaskan ke pelbagai wilayah tropis di dunia sejak beratus tahun yang lalu. Sebagian di antaranya telah meliar kembali di alamnya yang baru. Di beberapa negara, tanaman yang mudah beradaptasi dan berbiak ini kini mulai dianggap sebagai ancaman, karena cenderung bersifat sedikit invasif.


BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan

Jambu mawar adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malesia. Dinamai demikian karena buah jambu ini memiliki aroma wangi yang keras seperti mawar.
Jambu mawar merupakan katagori tanaman yang langka, karena tanaman ini sudah jarang di temui oleh masyarakat.
Buah tersebut dapat disuling untuk memperoleh ‘air mawar’, serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun mahkota bunga mawar. Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang berguna bagi industri wewangian. Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah. Kayu ini kurang tahan terhadap serangan rayap. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan pewarna.
Pohon jambu mawar juga kerap ditanam di taman-taman dan pekarangan sebagai pohon hias (ornamental). Selain itu, bunga-bunganya juga merupakan sumber pakan yang baik bagi lebah madu. Dari bunga yang diawetkan, dibuat obat tradisional pendingin dan penenang. Kulit kayu dan bijinya juga dimanfaatkan untuk mengobati murus (diare), demam, dan disentri.